Friday, 22 March 2013

Harga BlackBerry Q10 Mulai Terungkap

Edi Taslim/Kompas.com
KOMPAS.com  Ketersediaan dan informasi harga BlackBerry Q10, perangkat berbasis OS BlackBerry 10 yang dilengkapi keyboard QWERTY, masih menjadi misteri. Hingga beberapa hari lalu, beredar kabar baru mengenai smartphone ini.

Seperti dilaporkan oleh Unwired Review, BlackBerry Q10 sudah bisa dipesan (pre-order) melalui dua retailer online Unlocked Mobiles dan Clove. Harganya? 530 poundsterling atau sekitar Rp 7,9 juta untuk BlackBerry Q10 versi unlocked.

BlackBerry sendiri belum merilis keterangan berapa persisnya harga resmi Q10.

Unlocked Mobiles menyebut stok BlackBerry Q10 diperkirakan mulai tersedia pada 26 April, sementara Clove menyebutkan "akhir April". Boleh jadi Inggris bakal menjadi salah satu negara pertama yang menerima smartphone ini, seperti pada saat rilis Z10 beberapa waktu lalu.

Yang perlu dicatat, harga barang-barang elektronik di Inggris rata-rata memang lebih mahal dibandingkan Indonesia disebabkan pajak yang besar. Harga BlackBerry Z10 di negara itu, misalnya, mencapai 525 pounsterling atau sekitar Rp 7,8 juta.

Jadi, ada kemungkinan harga BlackBerry Q10 tak akan berbeda jauh dari Z10 begitu mulai tersedia di Indonesia.

BlackBerry Q10 sendiri adalah jawaban BlackBerry bagi pengguna yang ingin mencicipi OS terbaru andalan perusahaan itu tapi tak ingin berpisah dengan keyboard Qwerty yang menjadi ciri khas BlackBerry sejak dulu.

Perangkat ini dilengkapi layar sentuh berukuran 3,1 inci (720 x 720), prosesor dual-core 1,5 GHz, RAM 2 GB, penyimpanan internal 16 GB, slot micro-SD, baterai 2,100 mAh, serta kamera 8 megapiksel dengan autofokus dan LED flash. Di bagian luarnya, BlackBerry Q10 menggunakan cangkang dari bahan glass weave yang diklaim lebih kuat dari plastik.
Editor: Wicaksono Surya Hidaya
readmore...

Ini Peringatan BI buat Pengguna Kartu Kredit

JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia (BI) memperingatkan kepada pengguna kartu kredit ataupun kartu debit agar waspada terhadap penyalahgunaan kartu di merchant. Sebab, banyak modus penyalahgunaan kartu yang bisa merugikan nasabah.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi A Johansyah mengatakan, tanggung jawab dalam segala penyalahgunaan kartu kredit ataupun kartu debit yang telah diterbitkan oleh bank tidak bisa dilempar ke bank sentral.
"Sebab, pengawasan merchant dan mesin electronic data capture (EDC) merupakan tanggung jawab dari bank penerbit. Jadi, tidak bisa BI yang disalahkan," kata Difi saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (22/3/2013).
Difi menjelaskan, saat ini bank penerbit kartu kredit, khususnya Bank Mandiri yang mengalami masalah penyalahgunaan kartu kredit milik nasabahnya, telah melakukan pemblokiran akun nasabah dan kartu kreditnya. Hal ini untuk mengantisipasi kartu kredit tersebut disalahgunakan oleh pihak lain.
Menurut Difi, bank sentral tidak bisa mengawasi merchant dan mesin EDC milik semua bank karena hal tersebut memang sudah menjadi tanggung jawab bank masing-masing. Saat ada masalah, nasabah harus segera lapor ke bank penerbit, dan nantinya bank akan lapor ke BI.
Masalahnya, lanjut Difi, nasabah juga harus curiga terhadap modus baru penyalahgunaan kartu kredit yang saat ini sedang marak. Khususnya dalam pencurian data setelah kartu kredit digunakan bertransaksi di gerai Body Shop Indonesia. "Nasabah harus curiga, kalau kartu kredit sudah di-deep di mesin, kenapa harus di-swap lagi di mesin tertentu. Nasabah harus waspada terhadap pencurian data itu," tambahnya.
Difi juga mengingatkan bahwa informasi kartu kredit juga bisa disalahgunakan, khususnya saat digunakan untuk bertransaksi di internet.
"Sebab, transaksi di internet itu kan tidak perlu tanda tangan, hanya perlu tiga digit terakhir. Ini yang bisa diambil oleh si pencuri dan bisa digunakan untuk transaksi di mana saja," ujarnya.
Editor :
Erlangga Djumena
readmore...