Tuesday, 19 March 2013

Melindungi Hiu, Menjaga Laut dan Pariwisata Indonesia

 Hiu banteng ((Carcharhinus leucas), jenis hiu dengan gigitan terkuat.

JAKARTA, KOMPAS.com — Mendengar kata "hiu”, mungkin yang terlintas adalah makhluk bawah air yang buas. Namun faktanya, tak semua hiu suka memangsa manusia dan hewan ini ternyata memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem laut.

Di ekosistem laut, ikan hiu berperan sebagai pemangsa puncak (top predator). Peran ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Keberadaan hiu sangat bepengaruh terhadap kesehatan ekosistem yang menjadi habitat hewan bertulang rawan tersebut.

“Ikan hiu berperan sangat penting dalam ekosistem laut dan terumbu karang. Sebagai top predator, ikan ini ‘bertugas’ menjaga keseimbangan ekosistem laut. Ia memangsa ikan untuk memastikan kondisi ekosistem tetap sehat dan ikan tetap berlimpah,” kata Purwanto, Marine Protected Area (MPA) Technical Adviser, The Nature Conservancy (TNC).

Purwanto menjelaskan, secara ekologis, hiu akan memangsa ikan lain yang sakit atau tua dan lemah. Perilaku ini membuat fungsi keberadaan hiu di ekosistem perairan laut dan terumbu karang menjadi vital.

Menurut Purwanto, dengan apa yang dilakukannya, hiu secara tidak langsung ikut mencegah penyebaran penyakit yang dibawa oleh ikan sakit atau tua dan lemah yang dimangsanya, dan memastikan kondisi ekosistem tetap sehat.

Kepunahan hiu bisa berdampak besar. “Sesaat setelah kepunahan hiu, populasi ikan seperti ikan tuna dan kerapu yang menjadi mangsa hiu akan meningkat. Hal ini mungkin tampak ‘menggiurkan’. Akan tetapi, hal ini justru yang menjadi masalah," jelas Purwanto.

"Peningkatan populasi tuna dan kerapu akan mengacaukan rantai makanan. Populasi mangsa yang ada di bawah tuna dan kerapu akan habis dalam waktu singkat dan pada akhirnya populasi kedua ikan tersebut juga akan punah akibat tidak adanya makanan. Dengan kata lain, ekosistem tersebut mengalami collapse (keruntuhan),” papar Purwanto.

Mark V Erdmann, Penasehat Senior Program Kelautan Indonesia TNC, dalam acara Simposium Nasional Perlindungan Hiu di Jakarta, Selasa (19/3/2013), mengungkapkan, saat ini hiu menghadapi ancaman besar akibat perburuan siripnya. Padahal, populasi hiu sudah cukup rentan akibat pola reproduksinya yang lambat.

Erdmann menguraikan, seekor hiu karang membutuhkan waktu 7-15 tahun untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah dewasa, hiu hanya mampu bertelur atau melahirkan (bergantung pada jenis hiu), sebanyak 1 – 10 anak dengan frekuensi reproduksi satu kali setiap 2 – 3 tahun.

Ancaman ini harus segera dihentikan. Bila dibiarkan, populasi hiu dikhawatirkan akan mengalami kepunahan.

Erdmann mengatakan, berdasarkan hasil penelitian, seekor hiu hidup yang dijadikan sebagai objek pariwisata bernilai ekonomi jauh lebih tinggi dibandingkan hiu yang harus mati akibat diambil siripnya.

“Seekor hiu yang dibiarkan hidup untuk menjadi objek wisata bahari bisa memberikan sumbangan devisa sebesar Rp 300 juta sampai dengan Rp 1,8 miliar per tahun atau setara dengan Rp18 miliar selama ikan itu hidup," papar Erdmann.

"Sedangkan untuk hiu yang dijadikan komoditas ikan tangkap, 1 ekor hiu hanya dibanderol Rp 1,3 juta per ekor, sangat jauh di bawah nilai ekonomis bila hiu itu dibiarkan hidup,” tambahnya.

Erdmann mengungkapkan, Indonesia bisa memilih untuk menjadikan hiu sebagai komoditas hidup untuk menunjang pariwisata atau membunuhnya untuk mendapatkan siripnya. Namun, ia mengatakan "Menurut saya, tidak ada istilah perikanan berkelanjutan dalam konteks pemanfaatan ikan hiu. Perburuan ikan hiu pada akhirnya nanti akan tetap menyebabkan kepunahan spesies tersebut."

Lewat peraturan daerah, Pemerintah Raja Ampat kini telah menetapkan perlindungan pada spesies hiu. Mereka akan bekerja bersama pemerintah adat untuk menjaga fauna itu. Bagi pemda Raja Ampat, melindungi hiu berarti menjaga keindahan Raja Ampat dan potensi wisatanya. Memperluas dukungan pada konservasi hiu berarti ikut menjaga ekonomi pariwisata dan peluang masyarakat daerah untuk bangkit.
Editor :
yunan
readmore...

Galaxy S4 Vs iPhone 5, Mana Lebih Kencang?

Samsung Samsung Galaxy S4
KOMPAS.com Galaxy S4 buatan Samsung adalah salah satu smartphone baru yang paling ditunggu kehadirannya. Dengan komponen hardware kelas atas, banyak pihak dibuat penasaran dengan performanya.

Kinerja Galaxy S4 patut dibandingkan dengan ponsel-ponsel pintar lainnya. Primate Labs mencoba mencari jawabannya melalui serangkaian uji kemampuan (benchmark).

Dalam uji kemampuan yang dikutip oleh Android Community, Galaxy S4 versi Amerika Serikat (AS) disandingkan dengan sejumlah smartphone canggih lain, yaitu HTC One, LG Nexus 4, BlackBerry Z10, iPhone 5, dan Galaxy S3 (versi Amerika Serikat dan internasional) dari Samsung sendiri.

Perlu diketahui, Galaxy S4 versi AS berbeda dengan versi internasional. Galaxy S4 versi AS memakai prosesor 4-core Qualcomm Snapdragon 600 kecepatan 1,9GHz, sementara Galaxy S4 versi internasional memakai prosesor 8-core (4+4) Samsung Exynos 5 Octa kecepatan 1,6GHz.

Nah, semua ponsel tercanggih di atas diuji kemampuannya dengan aplikasi benchmark Geekbench 2. Hasilnya? Secara tidak mengejutkan, Samsung Galaxy S4 tampil di urutan terdepan dengan skor 3163, di atas HTC One yang mencetak nilai 2687.

Sementara itu, LG Nexus 4 menyusul di urutan ketiga dengan skor 2040 yang termasuk tinggi untuk ukuran smartphone masa kini. Versi internasional dari Galaxy SIII muncul di urutan keempat dengan skor 1717.

Nah, iPhone 5 yang mencetak nilai 1596 hanya berhasil menduduki peringkat kelima. Skor yang dicetak iPhone kira-kira hanya setengah dari skor Galaxy S4.

Perlu dicatat bahwa hasil benchmark di atas hanya berlaku untuk Galaxy S4 versi Amerika Serikat. Tak ada hasil benchmark Galaxy S4 versi internasional yang dibekali prosesor 8-core (4+4) Exynos 5 Octa.

Galaxy S4 rencananya akan didistribusikan ke beberapa pasar pada akhir April 2013 dalam waktu berdekatan. Yang masuk pasar Indonesia adalah Galaxy S4 versi internasional. Smartphone ini mengusung layar 5 inci dengan resolusi full-HD (1920 x 1080 pixel).
readmore...

Garuda Wisnu Curi Perhatian di Yunani

LONDON, KOMPAS.com — Patung Garuda Wisnu Kencana berhasil mencuri perhatian ribuan masyarakat Kota Volos, Yunani, dan sekitarnya di sepanjang rute parade yang menyambut dengan antusias parade tim Indonesia pada perayaan Carnival of the World 2013, Minggu.
Sekretaris pertama KBRI Athena Jani Mediawati Sasanti kepada Antara London, Senin, mengatakan, dengan tinggi patung mencapai tiga meter, patung Garuda Wisnu Kencana dicat berwarna-warni tampak menjulang dan terlihat dari berbagai arah di tengah-tengah ramainya lautan manusia yang memeriahkan perayaan tahunan karnaval di kota Volos.
Dikatakannya, tim Indonesia sebagai Guest of Honor Country pada Carnival of the World ketiga tampil maksimal dengan menurunkan 54 peserta parade beranggotakan home staff dan pegawai setempat KBRI Athena dan keluarga, beserta anggota masyarakat Indonesia dari Athena.
Parade tim Indonesia yang berada di urutan ketiga terbagi atas tiga grup. Rombongan pertama terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak mengenakan baju daerah dari Sabang sampai Merauke yang berjalan sambil membawa bendera kecil merah putih.
Baju tradisional Indonesia yang beragam dan berwarna warni menjadi pusat perhatian para pengunjung karena tampil berbeda dengan pakaian peserta karnaval lain.
Menyusul sebagai rombongan kedua adalah empat orang pembawa patung Garuda Wisnu Kencana yang memakai pakaian dan ikat kepala Bali. Patung Garuda Wisnu Kencana berhasil mencuri perhatian para pengunjung di sepanjang rute parade.
Penutup rombongan adalah tim musik dan tari. Para pemusik memainkan instrumen kendang, gong, dan kenong dengan irama yang disesuaikan dengan tarian Jaranan yang dibawakan oleh empat orang penari berpakaian lengkap dengan jaran kepangnya.
Tarian Jaranan yang energik mendapatkan sambutan meriah sepanjang 2 km rute parade yang melalui jalan-jalan di tengah kota dan sepanjang pantai di kota Volos.
Puncak acara parade Carnival of the World adalah acara open air performance di panggung yang telah disiapkan oleh panitia di tepi pantai. Indonesia menjadi penampil pertama dengan medley tarian daerah Indonesia selama 15 menit.
Rangkaian tarian daerah yang dibawakan oleh 23 anggota masyarakat Indonesia di Athena adalah tari Tor-tor dari Batak, tari Piring dari Padang, tari Jaranan dan Goyang-goyang dari Jawa Timur, dan tari Sajojo dari Papua.
Perayaan tradisi
Carnival of the World kota Volos diadakan sebagai bagian perayaan tradisi karnaval di Yunani dimulai sejak dua minggu sebelumnya dengan berbagai kegiatan yang diprakarsai pemerintah daerah, seperti pertunjukan musik, teater, dan tari dan diakhiri pada hari "Katara Deftera" menandai hari pertama puasa selama 40 hari menjelang Minggu Paskah bagi kaum Kristen Ortodoks.
Carnival of the World 2013 bertema "From Brazil to Indonesia" diikuti  negara-negara Brasil, Spanyol, Argentina, India, Afrika, Mesir, Amerika, dan Indonesia sebagai Guest of Honor Country.
Wali Kota Volos menyampaikan rasa senangnya karena dapat menyaksikan langsung budaya Indonesia yang unik dan beragam dengan dua di antaranya, yaitu tari Saman dan Angklung masing-masing masuk dalam List of Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguarding dan Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.


Sumber :
ANT
Editor :
Jodhi Yudono
readmore...